Dari Bandel menjadi Berprestasi
Dari Bandel Menjadi Berprestasi
1. Dani (siswa bandel)
2. Sarah (teman sekelas Dani)
3. Bapak Agus (guru)
4. Ibu Ani (ibu Dani)
5. Pak Rudi (kepala sekolah)
6. Siswa-siswa lain
(Skenario dimulai di dalam kelas. Dani dan gengnya keluar kelas untuk tidak mengikuti pelajaran. Tiba-tiba Sarah yang sedang menuju ke kamar mandi memergoki Dani dan gengnya yang sedang nongkrong di dekat toilet).
Sarah: (memarahi Dani) Dani, lo selalu bandel di kelas, jarang ikut pelajaran.Kapan sih lo berubah?
Dani: Ah, nggak pentinglah. Lagian, belajar itu membosankan!
(Sarah kesal dan menuju kamar mandi kemudian kembali lgi mengikuti pelajaran. Kemudian Sarah melaporkannya kepada Pak Agus.
Sarah: Pak Agus, tadi aku lihat Dani tidak mengikuti pelajaran malah nongkrong di dekat toilet sama teman² nya.
Bapak Agus: oo iya makasih infonya Sarah, nanti Dani biar Bapak atasi.
Sarah: ya Pak, sama-sama
(Tiba-tiba Bapak Agus melihat Dani dan menghampirinya.)
Bapak Agus: Dani, sudah berapa kali Bapak memberimu peringatan? Kamu harus fokus belajar jika ingin sukses di masa depan.
Dani: Ah, kamu ini hanya guru. Apa kamu tahu bagaimana rasanya menjadi anak bandel?
Bapak Agus: (tersenyum) Aku juga dulu anak bandel, Dani. Tapi aku sadar bahwa pendidikan adalah kunci sukses. Cobalah untuk berubah.
(Dani menggelengkan kepalanya dan melanjutkan main dengan teman² nya)
Teman: sudahlah biarkan saja
Teman: lagi pula belajar sangat membosankan
Teman: ayo kita lanjut nongkrong di kantin.
(Berikutnya, di rumah Dani. Ibu Ani /Ibu Dani sedang menyapu lantai.)
Ibu Ani: Dani, aku khawatir dengan sikapmu di sekolah. Kamu harus mulai menghargai pelajaran dan guru-gurumu.
Dani: Ibu, aku capek dengan semua itu. Aku hanya ingin bersenang-senang. Aku hanya ingin menikmati masa mudaku.
Ibu Ani: Bersenang-senang penting, tapi kamu juga harus bertanggung jawab dengan masa depanmu. Kamu bisa menjadi lebih baik, sayang.
(Dani menghela nafas dan pergi ke kamarnya.)
(Keesokan harinya Dani berpamitan untuk sekolah tetapi ia malah membolos sekolah dengan Raka)
(Terlihat Raka menjemput Dani untuk diajak membolos sekolah dengan berpakaian sekolah untuk meyakinkan ibu Dani)
Raka: Assalamu’alaikum, Dani.....
Ibu Ani: Wa’alaikumsalam, oo Raka ya mari masuk, Dani baru siap-siap kayaknya.
Raka : ya tante, makasih
(Beberapa menit kemudian Dani suda siap untuk berangkat dan berpamitan dengan ibunya)
(Mereka pun berangkat tetapi bukan ke sekolah melainkan nongkrong di basecamp mereka)
Ilham: Hai Dani Raka baru datang kalian, ayo lah mabar.
Riyan: berani nggak??... (Dengan nada meremehkan)
Dani & Raka: berani lah
(Setelah beberapa jam, waktu pulang sekolahpun tiba Dani dan kawan-kawannya pun pulang)
(Di rumah Dani, ibu Ani sedang menyapu, tiba-tiba terdengar suara telpon yang ternyata dari Bapak Kepala sekolah)
Pak Rudi: Assalamu’alaikum dengan ibu Dani, mohon maaf mengganggu waktunya sebentar
Ibu Ani: waalaikumsalam oo bapak kepala sekolah, iya pak ada apa ya?
Pa Rudi: mohon maaf sebelumnya bu, tapi kali ini, Dani sudah beberapa hari tidak mengikuti pelajaran dan sering bolos sekolah, mohon di awasi dan dinasehati agar Dani tidak mengulangi lagi ya bu
Ibu Ani: oo iya Pak mohon maaf atas perbuatan Dani, nanti saya akan coba berbicara denagn Dani, terima kasih Pak
Pak Rudi: sama-sama
(Sesampainya di rumah, ia mendapati ibunya duduk di kursi yang terlihat menahan amarah)
Ibu Ani: baru aja ibu dapat peringatan panggilan orang tua, katanya kamu sering bolos sekolah, dan tadi kamu juga tidak masuk kan.
Dani: ya bu, maaf
Ibu Ani: Mau sampai kapan kamu begini ( sambil berjalan menuju kamar)
Keesokan harinya
(Selanjutnya, di kelas. Dani duduk dengan pandangan murung. Sarah duduk di sebelahnya.)
Sarah: Dani, sudah berapa kali kau dapat peringatan ? Kamu akan ketinggalan pelajaran jika terus seperti ini.
Dani: (tersentuh) Aku mulai merasa bosan dengan kehidupan seperti ini.
Sarah: Baguslah kalau begitu. Ayo, kita cari cara agar kamu bisa lebih berprestasi di sekolah.
(Dani dan Sarah mulai belajar bersama setiap hari. Mereka membantu satu sama lain dan melihat kemajuan yang signifikan dalam pelajaran mereka.)
(Selang beberapa bulan, di kelas. Bapak Agus memberikan ujian dan hasilnya bagus untuk Dani.)
Bapak Agus: Hebat sekali, Dani! Nilaimu naik dengan pesat. Aku bangga padamu.
Dani: Terima kasih, Pak Agus. Saya belajar dengan tekun dan berusaha semaksimal mungkin.
(Sarah tersenyum dan memberikan pujian kepada Dani.)
Sarah: Aku selalu percaya bahwa kamu bisa melakukannya, Dani. Kamu telah membuktikan bahwa perubahan itu memungkinkan.
(Dani dan Sarah tersenyum hari. Mereka kemudian duduk bersama dan merayakan keberhasilan Dani.)
(Berikutnya, di ruang kepala sekolah. Dani dan Sarah duduk di depan Pak Rudi.)
Pak Rudi: Dani, saya senang melihat perkembanganmu. Kamu telah menunjukkan peningkatan yang luar biasa dalam prestasimu.
Dani: Terima kasih, Pak Rudi. Saya ingin meminta maaf atas sikap bandel saya di masa lalu. Saya benar-benar menyadari pentingnya pendidikan dan berusaha keras untuk berubah.
Pak Rudi: Saya bangga mendengarnya, Dani. Kamu telah menunjukkan perubahan yang luar biasa. Selain itu, temanmu, Sarah, juga berperan penting dalam proses perubahan ini.
Sarah: Kami saling mendukung dan belajar bersama, Pak. Dani sudah menunjukkan komitmen yang tinggi untuk belajar.
Pak Rudi: Itu sangat bagus. Saya harap semangat belajar dan prestasi ini tetap konsisten. Karena kamu berdua telah menunjukkan kemajuan yang luar biasa, saya ingin memberikan penghargaan kepada kalian berdua.
(Pak Rudi memberikan sertifikat penghargaan kepada Dani dan Sarah)
Dani: Terima kasih, Pak Rudi. Saya akan terus bekerja keras dan tidak akan mengecewakan lagi.
Pak Rudi: Saya yakin kamu akan melanjutkan perjalanan ini dengan baik, Dani. Jika kamu terus berusaha, masa depanmu akan cerah.
(Dani, Sarah, dan Pak Rudi keluar dari ruang kepala sekolah. Mereka bertemu dengan teman-teman sekelas yang lain di halaman sekolah.)
Teman 1: Hei, Dani! Kami mendengar tentang perubahanmu yang luar biasa. Kami bangga padamu, teman!
Teman 2: Iya, Dani. Kamu memberikan inspirasi bagi kami semua. Kami juga ingin menjadi siswa berprestasi seperti kamu.
Dani: Terima kasih, teman-teman. Aku sangat berterima kasih atas dukungan dan semangat kalian. Kalian juga bisa melakukannya jika kalian benar-benar mau berusaha.
(Teman-teman sekelas berjabat tangan dengan Dani dan memberikan semangat padanya. Mereka semua menyadari pentingnya pendidikan dan berjanji untuk berubah.)